Building Love dan Peace for Indonesia Society (Rahmatan lilalamin)

International Conference on Sufism (ICS) - 18 November 2016

Building Love dan Peace for Indonesia Society (Rahmatan lilalamin)

 

Ruang Persatuan, Lantai 3,  Fakultas Filsafat UGM

Universitas Gadjah Mada -Yogyakarta, Indonesia

18 November , 08.00-17.00 WIB

Beberapa tahun terakhir, realitas yang tak dapat disangkal, yang muncul di benak hampir setiap orang, terutama Barat adalah gambar dominan Islam yang sarat dengan kekerasan dan diselimuti ketakutan. Hal ini membuat masalah Islam radikal menjadi lahan perdebatan panjang yang tak henti-hentinya di hampir seluruh dunia, dan karenanya membuat sebagian besar pemimpin bangsa menyerukan upaya untuk menghadapi ancaman global ini. Sementara itu, selama berabad-abad banyak umat Muslim dunia, dalam satu atau lain cara, adalah praktisi tasawuf, mengagungkan hubungan intim antara individu dan Tuhan. Etos tasawuf adalah egaliter, amal dan ramah. Ia tidak hanya berkaitan dengan pertanyaan praktis atau perhatian khusus tentang bagaimana kita bisa sampai pada hubungan dekat seperti itu, tetapi juga secara  intelektual meyebarkan ide, gagasan, teori tasawuf (sebagai ilmu) untuk mendapatkan pemahaman keagamaan dan kemanusiaan yang lebih komprehensif. Meski demikian, hal yang tidak bisa dihindari dalam sejarah tasawuf tercatat bahwa tasawuf telah bercampur dengan budaya lokal, dan melalui prinsip pada persaudaraan, orang-orang bersatu, berkelindan dari berbagai latar belakang dan tingkat pendidikan yang berbeda di seluruh dunia, dari Barat ke Timur, dari Afrika, benua India hingga Asia Tenggara. Bahkan terlihat bagaimana antusias pemuda-pemuda saat ini mengikuti jalan tarikat.

Meski demikian, di sisi lain, dalam sejarah Muslim, preseden buruk kerap disematkan pada Sufisme. Bermacam-macam gerakan pembaharuan, politis dan ideologis yang tumbuh di dunia Muslim sejak awal abad 18 bersikap ambivalen terhadap Sufisme, jika tidak menolaknya mentah-mentah. Sebagian besar gerakan radikal menolak praktek sufistik, pada saat yang sama mereka menghancurkan warisan Islam yang identik dengan ziyarah dan tradisi penghormatan kepada para wali. Para penggerak radikal tersebut utamanya menyerang Sufisme dalam organisasi formal (tarekat).

Berdasarkan realitas yang nampaknya berbeda di atas, maka perlu ada sebuah forum yang dapat menilik kembali masalahnya, apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaiamana kita menyikapinya, Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra bekerjasama dengan Fakultas Filsafat UGM Jogyakarta sadar atas fungsinya sebagai institusi tinggi yang fokus terhadap masalah keagamaan dan semua hal yang mencakupinya, bermaksud mengkaji masalah tersebut di atas dalam sebuah konferensi tentang Sufisme. Kami mengajak semua pihak yang memiliki perhatian yang sama, untuk bekerjasama menghadirkan wajah Islam yang damai, moderat, toleran dan berkeadilan. Acara dimaksud menekankan warisan bersama Islam serta untuk menumbuhkan rasa saling menghormati antara antara budaya dan agama.

Tujuan dari ICS adalah untuk memperoleh kesadaran terhadap isu-isu kunci dalam Sufisme, dan masalah yang mengancam kemanusiaan, keamanan nasional, global, regional, internasional, dan untuk menumbuhkan kembali esensi dari agama, yaitu kebijaksanaan, kedamaian dan cinta, melalui ajaran tasawuf.

 

 Pembicara Kunci :

  1. Sri Sultan Hamengku Buwono X
  2. Dr. Amsal Bakhtiar (Direktur Pendidikan Tinggi Islam)

Pembicara :

Panel 1 

  1.  KH. Dr. Dhiauddin Quswandi Azmatkhan

          (Head of Rabithah Azmatkhan, Mursyid tariqa Syatariah and Akmaliah, tariqa Tasawuf Nusantara Walisongo)

          (Peran Tarekat Sufi Nusantara dalam Membangun Harmonisasi dalam Keberagamaan) 

       2. Syeikh Dr. Rohimuddin Nawawi al-Bantani –

           (Head of KUN - Kerukunan Ulama Nusantara, Khalifah Tariqah Syadziliyah-Darqawiya and Tariqah Qadiriyah and Guru Besar Babad Kesultanan Banten)

          (Peran Kerukunan Ulama Nusantara dalam Membangun Kesatuan dalam Masyarakat dan Perdamaian Umat)

       3. Prof. Madya Dr. Mohd. Syukri Yeoh

           (Professor at Atma UKM Akademi Tamadun Melayu Univeritas kebangsaan Malaysia)

           (Perkembangan Penelitian dan Penghayatan Tarekat Rohani di Malaysia )

 Panel 2

       1. Prof.Dr. Morteza Zarvani (Sufisme dalam rangka membangun umat moderat (wasthan )

       2. Dr. Mukhtasar Syamsuddin- (Sufisme sebagai Kearifan Lokal dan daya tangkal radikalisme)

       3. Gus Tafied, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi Yogyakarta

          (Sufisme dalam rangka membangun masyarakat cinta damai, berkeadilan dan menangkal radikalisme)

 

Office of International Affairs and Cooperation (OIAC)

Faculty of Philosohy-Gadjah Mada University

Jl. Sosiohumaniora No. 01 Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia

CP:

Hastangka- 082226293091

Ambar- 081215504321

Applied Philosophy - "The Need For A National Research Ethic System" by Dr. Yodi Mahendradhata

Follow OIAC

Top

Whoops, looks like something went wrong.